Wahai Tuhanku ! Aku bukanlah ahli surga
Namun juga tak tahan atas neraka
Maka berilah aku taubat (ampunan) dan ampunilah dosaku
sesungguhnya Engkau Maha Pengampun dosa yang besar.
Dosa-dosaku bagaikan bilangan pasir
maka berilah aku taubat wahai Tuhanku yang memiliki keagungan.
Umurku berkurang setiap hari
sedang dosaku selalu bertambah, bagaimana aku menanggungnya.
Wahai, Tuhanku! Hamba Mu yang durhaka telah datang kepada Mu
dengan mengakui segala dosa, dan telah memohon kepada Mu.
Maka jika Engkau mengampuni, Engkaulah pemilik ampunan
Syair Abu Nawas memang sangat fenomenal, bait syairnya yang sangat mendalam dapat menyentuh relung hati dan jiwa. Sehingga banyak musisi dalam negeri ikut menyemarakkan syair sang pujangga terkenal ini. Salah satunya adalah Haddad Alwi dan masih banyak yang lainnya.
Abu Nawas yang selama ini kita kenal adalah tokoh jenaka dalam cerita seribu satu malam. Dikisahkan bahwa Abu Nawas adalah seorang yang pintar dan dalam menyelesaikan masalahnya selalu dengan hal-hal yang bisa membuat tersenyum atau tertawa.
Namun, siapakah sebenarnya Abu Nawas itu?
Abu Nawas bernama asli Abu Ali Hasan bin Hani' al-Hakami, seorang penyair yang terkenal di jaman bani Abbasiyah. Karya-karya syairnya yang terkenal di semua kalangan, membuat beliau dianggap pemimpin para penyair pada masa itu.
Dalam kehidupannya Abu Nawas tak pernah lepas dari perbuatan yang berbau maksiat seperti minum khamr, Bahkan ada yang menyebut kumpulan syair-syairnya dengan sebutan khamriyyat.
Akan tetapi, diakhir hayatnya Abu Nawas sempat bertaubat dan menuliskan sebuah syair yang menyatakan ketaubatannya. Diceritakan dari Ibnu Khalikan, bahwa dari Muhammad bin Nafi berkata, " Aku adalah temannya Abu Nawas, namun terjadi sesuatu sehingga aku dan dia tidak berhubungan sampai aku mendengar kematiannya. Pada suatu malam, aku bermimpi bertemu Abu Nawas dan aku bertanya, 'Wahai Abu Nawas, apa balasan dari Allah terhadapmu?' Dia menjawab, 'Allah mengampuni dosa-dosaku karena beberapa syair yang ku tulus saat aku sakit, syair itu berada di bawah bantalku' Maka saya pun mendatangi keluarganya dan menanyakan bantalnya dan kutemukan secarik kertas yang bertuliskan syair tersebut."
0 komentar
Posting Komentar